12/12/2010 20:32

Surat dari Prelate (Desember 2010)

 

Prelat mendorong kita untuk mempersiapkan hati kita guna menerima Tuhan di hari Natal, dan berbicara tentang Imbauan Apostolik terkini dari Bapa Suci, "Verbum Domini."

 

Anak-anakku terkasih: Semoga Tuhan Yesus melindungi dan menjaga kalian!

Saya merasa sangat gembira mengingat kegembiraan St Josemaria ketika mengulangi, pada masa Adven, dari kata-kata liturgi: Dominus prope est!  - Tuhan sudah dekat [1] Dia menantikan dengan bersemangat dan rasa syukur, datangnya hari Raya untuk memperingati kedatangan Juruselamat ke bumi.

Kita telah memulai masa yang membantu kita untuk mempersiapkan perayaan Natal dan perayaan pesta lainnya yang berhubungan dengan kelahiran Tuhan kita. Saya berpikir kelak kita akan mengucapkan kata-kata nabi Yesaya, yang ditemukan dalam Misa untuk hari Minggu pertama:

“Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana[2] Dan kita akan merasa kagum pada kebaikan Surga, saat melihat bagaimana nubuat ini terpenuhi ketika Firman Ilahi mengambil bentuk manusia dalam rahim perawan Maria yang Terkudus, oleh karya Roh Kudus. Dengan inkarnasiNya yang membawa Penebusan, dan terutama oleh misteri Paskah kematian dan kebangkitan-Nya, Allah telah membawa perdamaian ke dunia, sebagaimana para malaikat mengumandangkannya pada Natal pertama. Dan meskipun perdamaian ini belum sepenuhnya menjadi kenyataan (karena dalam rencana Allah hanya pada akhir zaman bahwa Ia akan menjadi segalanya bagi setiap orang [3di]), Dia sudah merobohkan tembok pemisah yang membatasi antara manusia dan Allah sebagai akibat dosa asal dan dosa pribadi kita. [4] Selain itu, Yesus ingin agar kita umat Kristiani turut membantu-Nya setiap hari menanamkan damai-Nya di hati para pria dan wanita, sapai pada sudut terjauh dari masyarakat.

 

Paus mengatakan, beberapa tahun yang lalu, bahwa "para Bapa Gereja, dalam terjemahan bahasa Yunani dari Perjanjian Lama, menemukan sebuah teks dari nabi Yesaya yang juga dikutip oleh Paulus untuk menunjukkan bagaimana cara-cara baru Allah telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Di sana kita membaca: "Tuhan mengucap Firman singkat, Ia menyingkat itu" (Yes 10:23; Rom 9:28). . . Sang Putera sendiri adalah Firman, Logos. Firman kekal itu menjadi kecil, hingga cukup untuk masuk ke dalam palungan. Ia menjadi seorang Anak, sehingga Firman dapat kita pahami "[5] Dan dalam Imbauan Apostoliknya baru-baru ini Bapa Suci menambahkan:" Sekarang Firman itu tidak hanya bisa didengar; bukan hanya memiliki suara,  tetapi juga sekarang Firman memiliki wajah yang dapat kita lihat: Yesus dari Nazaret"[6].

 

Mari kita lanjutkan pada jalan Kristiani kita dengan keyakinan dan sukacita yang besar. "Natal mengingatkan kita bahwa Tuhan kita adalah awal dan akhir dan pusat penciptaan: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1). Adalah Kristus, anak-anakku, yang menarik semua makhluk ke dalam Diri-Nya sendiri: segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah dijadikan (Yoh 1:3). Dengan menjadi manusia, dan hidup di antara kita (bdk. Yoh 1:14), Dia telah menunjukkan kepada kita bahwa dalam kehidupan ini kita tidak mencari kebahagiaan sementara yang semu. Kita di sini adalah untuk mencapai kebahagiaan kekal, dengan mengikuti jejaknya. Dan kita hanya akan mencapai ini dengan belajar dari-Nya ". [7]

Kita telah mengenakan  Kristus pada diri kita pada saat Pembaptisan. Guna menyesuaikan diri kita untuk semakin dekat dengan Dia, Tuhan kita meninggalkan Sakramen-sakramen lain, terutama Tobat dan Ekaristi. Dengan menerima  secara lebih sering dan dengan disposisi yang diperlukan, kemiripan kita dengan Yesus akan dikuatkan; kita menjadi anak-anak yang lebih baik dari Allah. Roh Kudus melakukan pekerjaan ini dalam jiwa, dengan menantikan tanggapan  pribadi kita. Dan bagian dari tanggapan kita itu adalah membaca dengan  tekun Firman Allah yang hidup dan kuat  dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. [8] Oleh karena itu saran dari Bapa Pendiri kita: "Dalam kehidupan kita sendiri kita harus meneladan kehidupan Kristus. Kita perlu datang untuk mengenal Dia dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci, dan dengan berdoa"[9] Mari kita melakukan upaya selama hari-hari raya yang akan datang untuk "mempelajari ajaran yang diberikan Yesus, bahkan ketika Ia baru lahir sebagai Anak, dari saat Ia membuka matanya di atas tanah manusia yang terberkati ini"[10] Mari kita sering pertimbangkan: Apakah saya sudah berusaha mendekati sumber-sumber rahmat dengan penuh semangat  untuk mencapai kekudusan? Apakah saya berusaha untuk tepat waktu dalam penerimaan sakramen-sakramen, dengan keinginan untuk mendapatkan kemurnian jiwa dan nada adikodrati yang Allah harapkan dari saya?

 

Imbauan Apostolik terkini dari Bapa Suci, Verbum Domini, menekankan pentingnya Kitab Suci dalam kehidupan Gereja dan misi, dan dalam kehidupan pribadi setiap orang Kristen. Paus Benediktus XVI mengingatkan para pelajar Kitab Suci, dan semua orang, akan pokok

mendasar: "aturan utama interpretasi Alkitab adalah kehidupan Gereja." [11] Hanya di jantung Gereja, dalam kelanjutannya dengan Tradisi yang hidup dan di bawah bimbingan Magisterium dilembagakan oleh Kristus, kita dapat mengerti dengan baik apa yang Roh Kudus ingin komunikasikan kepada kita guna keselamatan kita, melalui para penulis yang terinspirasi dari Kitab Suci, dengan memanfaatkan kata-kata manusiawi. Dengan kata lain, hanya dalam iman dan dari iman kita bisa mengerti dengan kedalaman dan ketepatan, tanpa bahaya kesalahan, apa yang Allah telah dinyatakan kepada kita, supaya kita diperbolehkan mengambil bagian dalam Kehidupan Ilahi. Penelitian ilmiah Kitab Suci diperlukan untuk penafsiran yang sehat, tetapi juga diperlukan –dengan derajat yang lebih besar- untuk mengidentifikasikan diri sepenuhnya dengan iman yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja. Oleh karena itu "interpretasi otentik dari Alkitab harus selalu selaras dengan iman Gereja Katolik." [12]

Untuk memahami Firman Tuhan dengan baik, selain mengobarkan iman kita, kita harus berusaha untuk membaca dan merenungkan Alkitab dalam iklim spiritual di mana ia tertulis. Oleh karena itu dalam membaca Injil dan Kitab-kitab yang terinspirasi lainnya dengan cermat, kita perlu mengembangkan sikap mendengarkan. Kitab Suci, terutama ketika dibacakan dalam perayaan liturgi, selalu pas dan menyuarakan kebaharuan kebenaran Allah kepada orang tertentu yang mendengarkannya penuh perhatian dan ingin meresapkannya. Kata-katanya, sebagaimana ditulis oleh St Josemaria, adalah "cahaya dari Roh Kudus, yang berbicara melalui suara manusia agar dapat  membuat akal kita mampu mengetahui dan merenungkan, memperkuat kehendak dan membuat keinginan kita untuk bertindak efektif. Dan karena kita adalah satu umat, 'berkumpul bersama dalam kesatuan Bapa, Putera, dan Roh Kudus,' kita mendaraskan ulang Pengakuan Iman, yang menegaskan kesatuan iman kita."[13]

 

Secara analogi, juga dalam membaca Kitab Suci secara pribadi  -utamanya, Injil- kita mendengar suara Tuhan, yang harus kita usahakan untuk menerapkan pada situasi tertentu kita. Jika kita berusaha untuk memberi perhatian -penuh bakti sebagai anak Tuhan- dalam membaca teks-teks suci, upaya kita benar-benar akan menjadi doa. "Ketika engkau membuka Injil Kudus," Pendiri kita menulis, "pikirkanlah bahwa apa yang tertulis di sana -kata-kata dan perbuatan Kristus- adalah sesuatu yang tidak hanya harus engkau ketahui, tapi lakukan dalam hidup. Semuanya, setiap titik yang diceritakan di sana, telah dikumpulkan, detail demi detail, bagimu untuk membuatnya menjadi hidup dalam kondisi kehidupanmu masing-masing.

"Allah telah memanggil kita umat Katolik untuk mengikutinya dengan setia. Dalam Kitab Suci engkau akan menemukan Kehidupan Yesus, tetapi engkau juga harus menemukan kehidupanmu sendiri di sana.”

"Engkau juga, seperti para Rasul, akan belajar untuk bertanya, penuh cinta, 'Tuhan, apa yang Kau kehendaki supaya saya lakukan?" Dan dalam jiwamu,  engkau akan mendengar jawaban meyakinkan,' Kehendak Tuhan!’ "

"Ambillah Injil setiap hari, lalu bacalah dan jalankanlah sebagai aturan yang pasti. Ini adalah sebagaimana telah dilakukan orang-orang kudus. "[14]

Dalam dokumen yang saya sebutkan di atas, Benediktus XVI mendedikasikan berbagai paragraf untuk menjelaskan bagaimana kehidupan para kudus menawarkan bantuan besar dalam menembus lebih mendalam ke dalam arti Kitab Suci. St Gregorius Agung (Bapa Paus mengutip kata-kata ini dalam Imbauan Apostoliknya) meyakinkan kita bahwa viva lectio est vita bonorum, [15] kehidupan para kudus ini menyajikan  kepada kita suatu bacaan Kitab Suci secara bersemangat dan mendalam. "Penafsiran yang paling mendalam dari Kitab Suci berasal dari orang-orang yang membiarkan dirinya dibentuk oleh firman Tuhan melalui mendengarkan, membaca dan meditasi dengan tekun. . . Hal ini tentu saja bukan suatu kebetulan, "lanjut Bapa Suci," bahwa arus besar dalam sejarah spiritualitas Gereja berasal dari referensi eksplisit terhadap Kitab Suci". [16]

Setelah menyatakan bahwa "setiap orang suci adalah seperti seberkas sinar terang mengalir keluar dari Firman Allah,"[17] Bapa Suci menyebutkan berbagai orang-orang kudus yang telah membawa cahaya baru, yang diambil dari Injil, bagi kehidupan Gereja; dan ia mengatakan bahwa salah satu dari berkas sinar itu terlihat dalam "Santo Josemaria Escriva dalam khotbahnya tentang panggilan universal menuju kesucian." [18] Kata-kata ini telah membuat kita, wajar sekali,  merasa bahagia sekali, sementara pada saat yang sama merupakan panggilan kepada rasa tanggung jawab kita, untuk memanfaatkan dengan lebih baik ajaran Bapa Pendiri kita dan menyebarkan pesannya lebih luas lagi, dan dengan demikian lebih mengasihi Allah dan Gereja

Maka marilah kita ikuti saran St Josemaria untuk lebih sering memakai teks-teks Kitab Suci guna mengisi kehidupan doa kita dan merenungkan kehidupan Kristus, menempatkan diri kita ke dalam Injil "sebagai seseorang [yang hadir] di sana." Teks liturgi misa, baik di masa Advent maupun pada  Hari Raya Natal, sangat menganjurkan  kita untuk tumbuh dalam keakraban dengan Firman Allah dan untuk meningkatkan keintiman kita dengan Yesus, Maria dan Yosef. Mari kita masuk ke dalam kehidupan mereka, mendampingi ketiganya dengan segenap hati kita.

"Seluruh kehidupan Tuhan memenuhi diriku dengan cinta kepadaNya," tulis St Josemaria, "tapi saya mempunyai mempunyai kelemahan khusus bagi masa tiga puluh tahun hidup-Nya yang tersembunyi di Betlehem, Mesir dan Nazaret. Periode itu, begitu lama dibandingkan dengan kehidupan publik-Nya, yang mana tidak disebutkan dalam Injil, mungkin tampak tak bearti khususnya bagi orang yang memandangnya secara dangkal. Namun, saya selalu menyatakan bahwa keheningan masa kehidupan awal Tuhan kita sudah berbicara sendiri, dan berisi pelajaran yang indah bagi kita orang Kristen. Itu adalah tahun-tahun kerja dan doa yang intensif, tahun di mana Yesus menjalani kehidupan biasa, bisa dikatakan kehidupan seperti kita, yang keseluruhannya Ilahi dan manusia pada waktu yang sama. Dalam bengkel kerjanya  yang sederhana, tanpa menarik perhatian, Ia melakukan segala sesuatu dengan sempurna, sama seperti yang Ia lakukan kemudian di hadapan orang banyak ". [19]

Ada satu saran yang saya ingin berikan kepada Anda, memanfaatkan kata-kata Bapa Paus tentang St Josemaria: mari kita semua meningkatkan semangat kita untuk mengenal secara mendalam komentar Bapa Pendiri  kita tentang Kitab Suci. Dengan demikian kita akan belajar untuk berlayar secara lebih aman di laut Pewahyuan, dan kita akan menemukan makna rohani yang tersembunyi dalam kata-kata dari teks suci: apa yang Roh Kudus ingin ungkapkan kepada kita, di sini dan sekarang, kepada masing-masing dan kita semuanya. Dari perspektif ini saya mengundang anda untuk membaca kembali satu pokok dari Tempa : " Aquae multae non potuerunt exstinguere caritatem!- Gejolak air yang besar tidak bisa memadamkan api kasih. Saya menawarkan dua interpretasi dari kata-kata Kitab Suci. Pertama: Banyaknya dosa masa lalu Anda, sekarang karena Anda telah sepenuhnya menyesalinya, tidak akan membawa Anda keluar dari kasih Allah kita, dan yang kedua: samudera kesalahpahaman, kesulitan-kesulitan yang mungkin Anda hadapi, tidak boleh mengganggu pekerjaan apostolik Anda. "[20]

Dalam beberapa hari ini saya melakukan perjalanan singkat ke Fatima dan ke Santiago de Compostela, mengikuti jejak Pendiri kita. Anda tahu bahwa Gua  Fatima memiliki daya tarik tersendiri baginya; di sana, seperti yang saya sebutkan pada kesempatan lain, St Josemaria sering pergi untuk mempercayakan intensinya kepada Bunda kita, yakin bahwa doa Maria selalu didengar oleh Tuhan kita. Saya juga pergi ke Santiago de Compostela, mengingatkan kembali ziarah yang dilakukan Pendiri kita ke makam Para Rasul di tahun 1938, yang juga merupakan tahun jubileum, dan menyatukan diri pada doa Benediktus XVI ketika ia di sana beberapa hari sebelumnya. Di kedua tempat itu saya merasa semua orang mendukung saya -seperti yang saya minta kepada saudara-saudarimu di Roma untuk lakukan sebelum pergi- supaya Tuhan kita akan menganugerahkan kepada kita semua yang kita minta dari Dia. Saya berdoa bagi Gereja, untuk Bapa Paus, bagi umat beriman –setiap pria dan wanita- di Opus Dei. Mari kita selalu pergi kepada Yesus melalui Maria, dengan iman dan ketekunan, bersatu dalam doa kita kepada Gereja dan seluruh umat manusia.

Dengan segala kasih sayang saya, saya memberkati Anda,

Bapamu,

+ Javier

 Roma, 1 Desember 2010

 

Catatan kaki:

[1] Missale Romawi, Minggu Ketiga Advent, Antifon Pembukaan (Filipi 4:5).

[2] Missale Romawi, Minggu Pertama Adven, Bacaan pertama (A) (Yes 2:2).

[3] 1 Kor 15:28.

[4] bdk Ef 2:14.

[5] Benediktus XVI, Homili di Misa Tengah Malam, 24 Desember 2006.

[6] Benediktus XVI, Imabaun Apostolik Verbum Domini, 30 September 2010, no 12.

[7] St Josemaria, Catatan dari meditasi, 25 Desember 1972.

[8] Ibr 4:12.

[9] St. Josemaria, Kristus Yang Sedang Berlalu, no. 14.

[10] Ibid.

[11] Benediktus XVI, Imbauan Apostolik Verbum Domini, 30 September 2010, no. 29.

[12] ibid, no.. 30.

[13] St. Josemaria , Kristus Yang Sedang Berlalu, no. 89; mengutip St Siprianus, De Dominika Oratione, 23 (PL 4, 553).

[14] St Josemaria, Tempa, no.  754.

[15] St Gregorius Agung, Moralia Ayub XXIV, 8, 16 (PL 76, 295).

[16] Benediktus XVI, Imbauan Apostolik Verbum Domini, 30 September 2010, no. 48.

[17] Ibid.

[18] Ibid.

[19] St Josemaria, Sahabat-Sahabat Tuhan, no. 56.

[20] Josemaria St, Tempa, no. 655. [Top]

—————

Back


Assumption Of The Virgin

Karya Francesco Granacci, 1517



Pusat Opus Dei Surabaya
Jln. W.R. Supratman 65
Surabaya 60263
Tlp.(62-31)5614937

Pembimbing rohani
Romo F.X. Zen Taufik
Romo Ramon Nadres