03/06/2010 21:16

Surat dari Prelat Opus Dei (Mei 2010)

Bulan ini Prelat Opus mendorong kita untuk kerap pergi ke Bunda Maria, agar kita "bertumbuh dalam keintiman dengan Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus."

 

03 Mei 2010

Putra dan putriku yang terkasih : semoga Yesus menjaga kalian.

Kita memulai bulan yang secara khusus didedikasikan kepada Bunda Maria ini, dalam tahun Maria yang kita rayakan di Opus Dei. Hati dan pikiran kita dengan segera tertuju kepada Bunda Maria yang tersuci, Bunda Allah dan Bunda kita, untuk berterima-kasih kepadanya atas kemurahan hati yang tak terhitung yang terus menerus kita terima melalui pengantaraannya. Beberapa diantaranya kita sadari, sementara yang lainnya tidak kita sadari. Namun tidak ada yang lebih pasti, bahwa, untuk lebih menghormati Bunda-Nya, Allah ingin melimpahi kita dengan rahmat-Nya yang berharga melalui Bunda-Nya yang kudus, selalu dalam persatuan yang erat dengan dan ketergantungan pada Putra-Nya. "Pengantaraan keibuan Maria tidak mengaburkan perantaraan Kristus yang tunggal dan sempurna," Kata Yohanes Paulus II ketika mengomentari beberapa pernyataan Konsili Vatikan ke II. Sebaliknya, "jauh dari menjadi penghalang pelaksanaan perantaraan tunggal Kristus, Bunda Maria malahan mempertegas keberhasilan dan keefektifan perantaraan Kristus tersebut." [1]

Sepanjang hari-hari ini kita secara khusus berterima-kasih padanya (maaf menyimpang dari topik pembicaraan) atas tahbisan imamat 32 saudara kalian, yang akan saya tahbiskan menjadi imam pada tanggal 8 mendatang di Basilika St. Eugene. Mari kita mohon doa Bunda Maria bagi mereka dan bagi semua imam.

Sejarah spiritualitas umat Kristiani dipenuhi dengan contoh-contoh perlindungan keibuan Bunda Maria bagi anak-anaknya, yang ia tolong dengan rahmat khusus. Doa Maria yang tertua, Sub tuum praesidium, yang begitu sering diucapkan oleh St Josemaría, berasal dari ke abad ketiga dan mengungkapkan kepercayaan yang pasti ini: “Santa Maria, Bunda Kristus, kami berlindung kepadamu, janganlah mengabaikan doa kami, bila kami di rundung nestapa. Bebaskanlah kami selalu dari segala malapetaka, ya Perawan yang tersuci.”[2]

Kita semua pernah mengalami bantuan Bunda Maria dalam hidup kita untuk bertumbuh dalam keintiman dengan Tuhan kita. Karena alasan ini, dan karena ia layak (tidak ada makhluk yang lebih layak dari Bunda Maria: lebih besar dari padanya, hanya Allah), kita tidak pernah dapat cukup berterima-kasih kepadanya atas kepeduliaannya terhadap kita, ataupun memujinya karena ia layak. Sebagaimana St Josemaría, dalam melestarikan tradisi Kristiani, mengatakan: "Teologi berabad-abad yang lalu datang dengan sebuah ungkapan yang merangkum kecintaan umat kristiani kepada Bunda Allah: de Maria, nunquam satis. Kita tidak akan pernah cukup berbicara dan menulis tentang martabat seseorang yang memberikan dagingnya dan darahnya kepada Pribadi Kedua Tritunggal Yang Mahakudus."[3]


 

Inilah alasan-alasan yang mendasari bentuk kesalehan kita kepada Maria, yang terlihat semakin jelas di seluruh dunia sepanjang minggu-minggu ini. Bagi kita, ada beberapa alasan tambahan untuk menunjukkan kasih sayang kita yang istimewa kepada Bunda kita. Saya mengacu pada dua peringatan yang ada pada bulan ini: ziarah pertama Bapa Pendiri kita ke Sonsoles pada tahun 1935, dan novena-nya di depan Bunda Maria dari Guadalupe pada tahun 1970. Rasa syukur kita dalam mengenang peristiwa-peristiwa ini, yang sekarang menjadi bagian dari sejarah Opus Dei, mendorong kita untuk mempertimbangkan bahwa, seperti yang dikatakan Benediktus XVI: "Dengan Inkarnasi Putra Allah, keabadian memasuki waktu. . . . Bisa dikatakan bahwa waktu telah 'dijamah' oleh Kristus, Putra Allah dan Bunda Maria, dan menerima dari-Nya makna yang baru dan yang menakjubkan: ini menjadi waktu keselamatan dan rahmat."[4] Oleh karena itu., Bapa Paus menyimpulkan, kita perlu untuk "meletakan semua aneka peristiwa hidup kita, penting atau tidak begitu penting, sederhana atau tak banyak berarti, gembira atau sedih, di bawah tanda keselamatan dan mendengar panggilan Allah yang ditujukan kepada kita dalam rangka menuntun kita menuju satu tujuan yang terletak di luar batas waktu itu sendiri: keabadian."[5]

Kedua tanggal dalam sejarah kita yang baru saja saya singgung menunjukkan dengan sangat jelas "pintu masuk" Allah ke dalam sejarah umat manusia, dan khususnya ke dalam sejarah bagian dari Gereja ini, Opus Dei.

Pada tanggal 2 Mei 1935 -besok adalah peringatan yang ke 75- St. Josemaría memulai kebiasaan ziarah bulan Mei, yang telah banyak membawa buah-buah rohani. Sejak saat itu, jutaan orang telah belajar untuk menunjukkan kasih sayang seorang anak kepada Bunda Maria dalam cara yang hangat dan intim. Saya menyarankan agar bulan ini kita berusaha dengan lebih sungguh-sungguh, agar banyak teman-taman yang dapat menemani kita pada kunjungan kepada Bunda Maria ini. Kita ingin mengucapkan terima kasih kepada Bunda Maria atas kepeduliaannya bagi Gereja dan bagi setiap anak-anaknya.

Mendekatkan diri kepada Bunda Maria secara teratur merupakan sebuah tanda yang jelas bahwa jiwa bernapas udara Kristiani. Kita mungkin pernah jatuh di sepanjang jalan hidup kita (tak seorangpun yang sempurna di dunia ini), tapi setiap orang yang tekun berdoa kepada Bunda Maria, mungkin memanjatkan doa-doa yang dipelajari sejak kecil, tanpa mengesampingkan doa-doa ini, menunjukan bahwa ada sebuah nafas Kristiani di hati mereka dan Bunda kita akan membantu mereka: sekarang dan, seperti kita berdoa dalam Salam Maria, pada waktu kami mati.

Kita ingin membantu banyak orang lain untuk mengambil bagian dalam cinta kasih kita sebagai seorang anak kepada Bunda Maria. Dengan mengundang kenalan-kenalan, sahabat-sahabat, kerabat-kerabat kita, untuk menemani kita dalam ziarah di bulan Mei, kita dapat membantu mereka untuk menemukan sukacita dan kedamaian yang Bunda kita curahkan ke dalam jiwa-jiwa mereka yang menyadari bahwa mereka adalah anak-anaknya. Kita ingin membantu banyak pria dan wanita memperoleh kebiasaan berdoa Rosario suci setiap hari. Apakah kita sungguh-sungguh mengatasi berbagai kekhawatiran mengenai apa yang mungkin dipikirkan orang lain untuk memulai pembicaraan-pembicaraan ini? Apakah cinta kita kepada Bunda Maria telah memacu kita untuk menginginkan apa yang baik bagi orang lain?

Ada satu peringatan lain yang sangat berarti bagi keluarga kita terdapat pada bulan ini: peringatan keempat puluh perjalanan Bapa Pendiri kita ke kota Mexico untuk berdoa di depan Bunda Maria dari Guadalupe. Saya ingat akan keheranan dan kegembiraan kami yang secara fisik berada di sampingnya ketika, pada tanggal 1 Mei 1970, beliau mengatakan kepada kami bahwa beliau telah memutuskan untuk melakukan perjalanan ini. Dengan segera ia meminta kami untuk membuat persiapan yang diperlukan, dan pada tanggal 15 Mei pagi hari beliau tiba di Meksiko. Tergerak oleh cintanya akan Gereja, Sri Paus dan jiwa-jiwa, ia ingin meletakkan intensi-intensi yang ada di dalam hatinya ke tangan Bunda Maria. Sebagaimana beliau katakan kepada kami: “Apa yang saya minta? Di kaki Bunda Maria yang tersuci, Pemohon yang amat ampuh, saya meminta bagi perdamaian di dunia, bagi kesucian Gereja, Opus Dei dan setiap putra dan putriNya.”[6]

Dalam penerbangan ke Amerika, orang dapat melihat semangat rekoleksi Bapa Pendiri kita. Dan segera setelah kami tiba di Kota Meksiko, meskipun saat itu pukul 03:00 dini hari, beliau mengungkapkan keinginannya untuk sesegera mungkin pergi berdoa di depan Bunda Maria dari Guadalupe. Ini tidak mungkin, sebab pada jam tersebut Basilika masih tutup. Namun segera setelah para dokter dan putra-putranya mengijinkan (sebab ia harus menyesuaikan diri dengan ketinggian dan perubahan waktu), ia pergi ke Villa ditemani oleh beberapa putranya. Itu adalah kunjungan pertama yang ia lakukan di Kota Meksiko. Sesudah menyambut Tuhan kita dalam Sakramen Maha Kudus, ia berlutut di dekat Altar dan berdoa dengan khusuk sekitar satu setengah jam. Di sepanjang waktu ini Gereja dipenuhi oleh para putra dan putri Bapa Pendiri kita, dan bersama koperator dan para sahabat, yang ingin berdoa bersama dengan beliau..


 

Karena doanya berlangsung lama, Pastor Pedro Casciaro, pada saat itu dia adalah pimpinan Opus Dei di Meksiko, menceriterakan kepada Bapa Pendiri kita apa yang sedang terjadi. Dan karena Bapa Pendiri kita selalu berusaha untuk tidak membuat sesuatu yang "spektakular", ia menghentikan sementara doanya di depan patung Bunda Maria dari Guadalupe dan bertanya apakah ada cara untuk menghindari persoalan kecil ini. Mulai keesokan harinya dan selama sisa hari novena, beliau menggunakan balkon yang sederhana, agak tidak nyaman, tetapi memiliki keuntungan karena letaknya di atas, sangat dekat dengan patung Bunda Maria, dan ia tidak dapat terlihat oleh orang-orang dari bawah. Di sana St. Josemaria dapat berdoa kepada Bunda Maria dengan sangat intim, dengan suara yang keras untuk menyampaikan kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam hatinya. Syukur pada Allah, kami dapat mencatat apa yang beliau katakan di sepanjang doanya bersama Bunda Maria ini, di mana beliau mengundang kami semua yang menemaninya di sana untuk turut ambil bagian.

Ini adalah doa seorang anak yang sangat teguh, sepenuhnya pasrah akan kehendak Allah, dan pada saat yang sama sungguh penuh dengan keyakinan seorang anak kecil. Hari pertama novena di balkon, pada tanggal 17 Mei, sesudah melewatkan beberapa menit dalam meditasi pribadi, beliau menganjurkan agar kami berdoa tiga peristiwa Rosario bersama-sama, dengan hening sejenak setelah setiap peristiwa. Pada bagian akhir, ia membaca beberapa kutipan pendek dari Injil di mana Tuhan kita menekankan mengenai perlunya doa permohonan. Saya tuliskan di sini beberapa kata dari doa itu, yang sudah kalian baca dan renungkan -setidaknya sebagian- pada kesempatan yang lain.

"Yesus mengatakan kepada kami: segala sesuatu yang kami minta dalam doa, dengan iman, akan diberikan kepada kami. Dan kami tidak berkekurangan dalam iman, karena Engkau telah memberikannya kepada kami, ya Tuhan. Janji ini, dipenuhi dengan pasti, akan selalu berlaku, karena kata-kata-Nya, kata-kata Tuhan, tidak akan berlalu.”

"Kami di sini, mewakili begitu banyak ribuan jiwa, dan kami datang untuk meminta seperti seorang anak kecil yang yakin bahwa ia akan didengarkan. Kami meminta seperti seorang anak kecil, seperti sebuah keluarga kecil, dan saya mau Opus Dei selalu seperti itu: sebuah keluarga kecil, erat bersatu, meskipun kami tersebar di berbagai tempat. Dan kami memohon kepada-Mu dengan sangat, melalui perantaraan Bunda-Mu, menyadari bahwa Engkau pasti mendengarkan kami.”

"Iterum dico vobis -St. Matius memberitahu kami- quia, si duo ex vobis consenserint super terram, de omni re quamcumque petierint fiet illis a Patro meo qui in caelis est. - Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.'(Mat 18:19). Kami memanjatkan doa permohonan, bersama-sama dengan orang-orang yang hadir di sini sekarang, dengan imam yang merayakan, dengan rasa hormat yang mendalam bagi Bunda-Mu. Kami yang hadir di sini mohon kepada-Mu seperti juga yang lain, dengan penuh keyakinan, dan dengan pengharapan bahwa Engkau akan mendengarkan kami, di sepanjang jalan di bumi. Inilah doa jiwa-jiwa dari semua lapisan masyarakat, semua suku bangsa, segala bahasa yang tiada henti-hentinya. Doa mereka adalah doa kami, dan kepada-Mu, ya Tuhan, melalui Bunda-Mu, kami memanjatkan permohonan kami yang tiada henti-hentinya.”


 

Saya ingin mendorong kalian, dengan kata-kata ini, untuk merasa bertanggung jawab terus memohon kepada Tuhan kita, meskipun jiwa kalian terasa kering serta merasakan kesulitan untuk berdialog dengan-Nya. Meskipun kita lemah, walaupun kita tidak tahu apa yang harus dikatakan, cukuplah bahwa kita ingin menyampaikan kepada-Nya sehingga hal itu terwujud, dan kita akan mendapatkan apa yang kita butuhkan."[7]

Marilah kita berhenti sejenak, putra dan putriku, untuk mengingat apakah kita, sekarang dan selalu, melanjutkan permohonan Bapa Pendiri kita, bersatu erat dengan doa-nya -yang di surga telah menjadi tiada henti-hentinya- bagi Gereja dan Opus Dei. Tidak peduli apakah pada saat kita merasa gersang -kering!- karena hati kita tampaknya tidak menyertai waktu meditasi atau doa kita. Inilah bagaimana St Josemaría mengatakannya: "Jangan khawatir, saya tegaskan, bila kalian tidak memiliki semangat, bila sulit bagi kalian untuk menempatkan diri ke dalam doa kalian. Kita ini seumpama tentara yang berjaga mejalankan tugasnya: seperti tentara, tetapi juga seperti anak-anak. Bila kita tidak tahu harus berkata apa, namun menyadari bahwa kita harus berdoa, kita akan berdoa, seperti para tentara, namun seperti anak-anak, dengan iman. Kita mohon kepada-Nya sekarang, meskipun mungkin hanya dengan bibir saja, agar Ia memenuhi janji-Nya; kita mengatakan kepada-Nya bahwa kita memohon agar Ia mendengarkan kita: ini adalah sebuah permintaan, tetapi permintaan seorang anak, yang kita tujukan kepada Bapa, mengandalkan janji Putra-Nya. Dan secara alamiah kita meminta bantuan Bunda kita, pada kuasa pengantaraannya: Bunda, dengarkanlah kami! "[8]

Saya yakin kita masing-masing ingin berdoa atau belajar untuk berdoa seperti itu, dengan penuh kepercayaan dan kebebasan yang sama terhadap Bunda surgawi kita. Pada saat sekarang, sebagaimana saya sudah sering mengingatkan kalian, kita harus terus-menerus memperbaharui permohonan kita bagi Gereja, bagi Sri Paus dan orang-orang yang membantunya; bagi para imam dan bagi seluruh umat Allah. Marilah kita berusaha mempersembahkan intensi-intensi ini kepada Bunda Maria, pada ziarah kita dalam bulan ini, dengan niat yang besar. Apakah kalian mempertimbangkan kenyataan bahwa, jika teman-teman kalian melihat cinta kasih kalian bagi Bunda Maria yang tersuci, mereka akan merasa diundang untuk mencintainya, untuk berlindung di bawah perlindungannya?

Namun kita harus berdoa dengan penuh keyakinan, dengan iman yang dapat memindahkan gunung, sebagaimana Tuhan kita katakan. Marilah kita terus mendengarkan Bapa Pendiri kita dalam doa pertama-nya yang dilakukan dengan suara keras di depan Bunda Maria dari Guadalupe. “Omnia quaecumque orantes petitis, credite quia accipietis, et evenient vobis (Mrk 11:24). Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Hal itu akan diberikan kepadamu! Kata-kata ini mengandung sebuah kepastian yang sangat besar bagi kita. Kata-kata ini diucapkan oleh Putra-Nya - Putra-Nya yang tidak pernah dapat berbohong! Di pihak kita, iman diperlukan. Sebuah iman yang sudah kita miliki: itulah sebabnya kita telah datang ke sini untuk memohon! Tetapi juga, dengan permohonan kita, kita berkata kepada-Nya: adauge nobis fidem! (Luk 17:5). Tambahkanlah iman kami! Kita harus bertekun, sekali dan sekali lagi, selalu, seperti ketika kita masih kecil, dengan ibu kita: sama! Dan di sini, sebagian dari kami yang berada di sini sekarang, kami meminta bagi setiap orang, dan atas nama setiap orang, juga ketika kami menemukan diri kami secara pribadi berada dalam saat-saat di mana semangat terasa lemah, ketika sulit bagi kami untuk berdoa, untuk mengatakan kepada-Mu apa yang kami inginkan.

Omnis enim qui petit accipit, et qui quaerit invenit, et pulsanti aperietur (Luk 11:10). Setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Sekali lagi, ini Yesus yang berbicara, dalam kata-kata St Lukas yang telah dicatat bagi kami.. Dia telah mengatakan hal ini dengan begitu jelas, sehingga kami tidak pernah melupakannya: kepada orang yang meminta, maka akan diberikan. Oleh karena itu kami harus terus meminta, dan kami harus berani dalam meminta dengan percaya, dengan tekun. Ini sebabnya kami datang ke sini, dan kami harus berusaha untuk membuat doa kami tiada putus-putusnya, penuh dengan ketekunan. Bunda kami, berbicara untuk kami, dan bantulah kami untuk selalu meminta terus menerus. "[9]

Saya akan berhenti di sini, putra dan putriku, meskipun doa Bapa Pendiri kita terus berlanjut untuk beberapa waktu. Namun tidaklah salah bila saya mengingatkan kalian bahwa, dalam bagian kedua dari bulan ini, kita akan merayakan tiga hari raya liturgi yang sangat penting: Kenaikan Tuhan kita ke Surga, Kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta, dan Tritunggal Yang Mahakudus. Bila kita datang kepada Bunda Maria, ia akan mendorong kita untuk mempersiapkan diri menerima manfaat yang besar dari perayaan-perayaan ini, sebagaimana ia lakukan bersama para murid pertama Yesus. Tampak jelas bagi saya bahwa, setelah hidupnya yang tersembunyi dan sunyi, Tuhan kita ingin agar ia benar-benar hadir pada perwujudan Gereja di Senakel (ruang atas), agar dengan demikian para Rasul akan belajar bagaimana mengasihi Yesus, dan Tritunggal.

Pada hari-hari terakhir bulan Mei mestinya memacu kita untuk menikmati secara mendalam liturgi hari raya Pentakosta. Marilah kita selalu berada dekat dengan seseorang yang adalah Bunda Gereja dan Bait Roh Kudus: ini akan selalu menjadi cara yang terbaik untuk menerima karunia-karunia dan buah-buah Roh Kudus. Dan, seperti biasanya, saya meminta kalian untuk membawa intensi-intensi saya (kalian semua dapat menambahkannya di sini) kepada Bunda Maria, Pemohon dan Pendoa yang amat berkuasa, sehingga kita tumbuh dalam keintiman dengan Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Kudus Roh.

 

Dengan penuh kasih sayang, saya memberkati kalian.

 

Bapamu,

+ Javier

Roma, 1 Mei 2010

 

Catatan kaki :

1. Yohanes Paulus II, Katekese mengenai Maria pada audiensi umum, 1 Oktober 1997

2. Liturgi Ibadat Harian, Antifon Maria pada bagian akhir Kompletorium.

3. St. Josemaría, artikel “La Virgen del Pilar,’ dipublikasikan di Libro de Aragón, Saragossa, 1976, sesudah St. Josemaria meninggal.

4. Benediktus XVI, Homili pada akhir tahun. 31 Desember 2009.

5. Ibid.

6. St. Josemaria, Oktober 1970.

7. St. Josemaria, Catatan diambil dari doanya di Gua Maria dari Guadalope, 17 Mei 1970.

8. Ibid.

9. Ibid.

—————

Back


Assumption Of The Virgin

Karya Francesco Granacci, 1517



Pusat Opus Dei Surabaya
Jln. W.R. Supratman 65
Surabaya 60263
Tlp.(62-31)5614937

Pembimbing rohani
Romo F.X. Zen Taufik
Romo Ramon Nadres